Pendukung Musik Tradisi selalu merasa terheran-heran, dengan besarnya pengaruh musik dari budaya populer pada masyarakat. “Musik tradisi telah ditinggalkan dan tidak ada penerusnya.” Hal tersebut sudah menjadi isu yang selalu dibahas dan jadi permasalahan di kalangan pendukung musik tradisi sejak 40 tahun yang lalu, yaitu ketika budaya populer mulai diperkenalkan di media massa melalui gelombang radio dan televisi.
Melalui tulisan ini saya mencoba menawarkan suatu cara pandang yang lain bagi penggiat kesenian tradisi, kalau ingin identitas yang anda dukung tetap ada. Maka tradisi pun harus menyesuaikan dengan zaman. Pada masa lampau musik dijadikan sarana penyembahan pada aliran-aliran kepercayaan di suatu budaya masyarakat. Tentunya musik zaman itu ada yang menginisiasi dan menciptakannya untuk berbagai kepentingan di zaman itu. Saya kurang setuju dengan pendapat lama bahwa pencipta musik tradisi dikatakan anonim atau tanpa nama lalu musik tradisi tersebut dibakukan mulai dari nyanyian, alat musik, repertoar musik, maupun bentuk penyajiannya. Yang saya percayai bahwa para pencipta musik tradisi terdahulu membuat karyanya untuk kepentingan ritual menggunakan perangkat yang ada pada zaman tersebut semisalnya bahasa, peralatan, dan bahan-bahan yang ada di sekitarnya. Dapat kita bayang apabila alat musik keyboard dibawa kembali ke masa lalu dan dimainkan disana tentu masyarakat disana akan menyebutnya benda sakral. Kemudian hal tersebut diceritakan secara turun-temurun, dan tersebar melalui budaya lisan kita yang sangat cepat berubah.
Perubahan zaman dalam musik terjadi tidak hanya dari bunyi, bentuk komposisi ataupun penyajiannya saja. Perubahan juga terjadi dari segi penggunaan dan maknanya. Dalam banyak buku sejarah musik banyak hal yang bercerita tentang musik gregorian, yaitu budaya musik tertulis yang bersifat sakral untuk ritual keagamaan. Kemudian pada masa Renainsance yang dimana pada masa itu dikenal musik barok yang sudah berubah fungsi dari ritual menjadi musik untuk pertunjukan bagi kalangan bangsawan pada masa itu, mengingat alat musik yang dibuat dengan teknologi metalurgi dan teknik pengolahan kayu sebagai bahan baku alat musik yang cukup maju jika dibandingkan dengan alat-alat musik pada zaman yang kurang lebih sama di tradisi nusantara. Dan musik dibarat pun berkembang ke musik klasik, ke musik romantik, dan seterusnya, dan seterusnya.
Di zaman modern, musik berubah lagi maknanya dan kegunaannya yaitu sebagai soundtrack dan iringan film, hiburan baik di rumah atau pun saat berkendara, titik balik perubahannya tersebut adalah ketika ditemukannya media rekaman. Rekaman musik membuat musik dinikmati seperti snack atau jajanan ringan yang bisa dibeli untuk diputar kembali dengan perangkat elektronik seperti piringan hitam, kaset, dan cd. Dan saat ini di zaman komputasi awan musik adalah sebuah data yang berseliweran dalam berbagai bentuk dan rupa melalui media-media sosial, musik juga sudah diproduksi tanpa alat musik namun cukup dengan perangkat digital.
Begitulah adanya perkembangan musik tidak hanya tradisi namun juga yang lainnya, seiring waktu ada yang muncul dan berkembang ada juga yang hilang ditelan zaman. Tinggallah sebuah pilihan bertahan atau terlupakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar